Smartphone di Tangan, Apakah Teman Sejati atau Musuh Diri?

Penulis: Neba Waqosh Haritsah Annuqman

Sebuah pertanyaan yang membuat kita berfikir sejenak, apakah hari-hari kita diperdaya dengan Smartphone ataukah ia menjadi alat pembantu untuk keseharian kita? 

Dalam kurun 20 tahun terakhir, kehadiran Smartphone untuk masyarakat global ialah salah satu dampak positif dari era globalisasi terkhususnya dalam bidang teknologi, informasi dan komunikasi. Smartphone menggganti sistematis komunikasi yang lebih modern, yang mana zaman dahulu menggunakan surat-menyurat melalui kantor pos, telepon umum dan juga Handphone. Smartphone merupakan Handphone yang dilengkapi dengan internet, aplikasi dan fitur-fitur lainnya. Masyarakat global menganggap smartphone layaknya pisau bermata dua yang mana ia membantu ataukah melukai? Mari kita Simak lebih lanjut mengenai dampak positif dan negatif darinya.

Dampak positif Kehadiran Smartphone, salah satunya sebagai alat bantu belajar yang meningkatkan prestasi akademis jika digunakan dengan tepat, hal ini dikemukakan oleh peneliti Aalto University Yanqing Lin, Yong Liu, Wenjie Fan, Virpi Kristiina Tuunainen, dam Shengli Deng pada tahun 2021. Hasil penilitian mereka menemukan dampak positif langsung dari pembelajaran seluler dan aplikasi berita terhadap prestasi akademis yang bertentangan dengan kepercayaan umum. Hal ini karena penggunaan pembelajaran seluler menghambat perasaan nomophobia, ketakutan tidak dapat mengakses ponsel anda. Penelitian ini mengungkapkan meskipun universitas tanpa adanya platform daring, mahasiswa seringkali membentuk grup kelas di media social untuk berbagai materi pembelajaran. Smartphone juga sebagai pendorong efisiensi belajar. Hal ini dikemukakan oleh studi BMC di tujuh negara Amerika Latin yang dipartisipasikan oleh 1590 mahasiswa kedokteran, survenya mengatakan hamper semua mahasiswa (98%) menggunakan smartphone¸ dan 61,8% merasa belajar akan lebih sulit tanpa ponsel dengan 39,3% merasa smartphone meningkatkan self-efficacy dalam akademik.

Meskipun dampak positif dari Smartphone ini jelas, penggunaan yang terus-menerus juga dapat membawa konsekuensi negatif, seperti menurunnya produktivitas karena gangguan dalam beraktivitas. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Éilish Duke dan Christian Montag dalam risetnya “Smartphone addiction, daily interruptions and self-reported productivity” yang ditulis pada tahun 2017. Smartphone kerap kali disebut dengan sesuatu yang adiktif karena ia membuat candu penggunannya. Selain ia membuat candu, ia juga sebagai penghabis waktu. 

Media kabar TehcnoBusiness menyatakan bahwa durasi penggunaan seluler orang Indonesia sepanjang tahun 2021 diketahui paling lama kedua di dunia, yakni mencapai 5,4 jam. Durasi itu sama dengan yang dicatatkan oleh orang-orang Brazil. Dalam laporan “State of Mobile 2022” yang dirilis App Annie, durasi penggunaan seluler orang-orang Indonesia mengalahkan orang-orang di negara maju seperti Korea Selatan yang hanya 5,0 jam; Jepang 4,6 jam; Singapura 4,5 jam; dan Amerika 4,2 jam per hari.

Selai itu, smartphone juga memiliki dampak negatif yakni merenggangkan hubungan yaitu dengan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat yangmana sangat berkaitan dengan fenomena phubbing. Phubbing atau juga disebut ‘mabuk gawai’ adalah sikap abai terhadapap lawan bicara atau lingkungan sekitar karena terlalu asyik dengan ponselnya. Istilah ini merupakan gabungan dari kata “phone” (telepon) dan “snubbing” (mengabaikan). Phubbing bisa dianggap tidak sopan dan dapat merusak hubungan interpersonal. 

Jadi, smartphone teman atau musuh? Smartphone adalah alat, ia tidak baik ataupun buruk dengan sendirinya, tetapi kitalah yang menentukan dampaknya melalui cara kita mengerjakannya.

Lantas, bagaimanakah kita menjadikan smartphone itu teman? Berikut ini beberapa tips agar menjadikan smartphone itu bukan musuh:

  1. Tetapkan waktu penggunaan (misalnya: 1 jam untuk media sosial).
  2. Gunakan aplikasi bermanfaat (belajar, manajemen waktu, kesehatan).
  3. Matikan notifikasi yang tidak penting.
  4. Sediakan waktu untuk detoks digital – jauhkan HP saat makan, ibadah, atau bersama keluarga.
  5. Jangan gunakan HP sebagai pelarian dari masalah

Untuk mengenal penulis lebih jauh, kunjungi Instagram @nebz_waqosh