Jejak Peradaban dalam Al-Qur’an: Peringatan dan Pelajaran

Penulis: Muhammad Fattah Gazanaufal

 Pernahkah anda bertanya mengapa peradaban besar di masa lalu bisa runtuh, meskipun mereka memiliki kekayaan, teknologi, dan kekuasaan yang luar biasa? Apa yang sebenarnya menjadi penyebab kehancuran mereka? Al-Qur’an memberikan jawaban yang sangat jelas melalui kisah-kisah umat terdahulu, yang bukan hanya sekadar cerita sejarah, tetapi penuh dengan pelajaran dan peringatan bagi kita semua.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan Allah SWT sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Selain mengatur ibadah dan moral, Al-Qur’an juga mengisahkan jejak-jejak peradaban umat yang pernah berjaya namun kemudian hancur akibat kesombongan, penindasan, kekufuran, dan pengingkaran terhadap perintah Allah agar menjadi pelajaran bagi umat-umat yang datang setelah mereka.

Allah Taala berfirman:

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” QS. Yusuf: 111.

Ayat ini mengajak kita untuk menggunakan akal dan hati dalam memahami jejak-jejak peradaban yang telah Allah abadikan, agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kisah kaum ‘Ad, Tsamud, Firaun, dan Saba’ adalah contoh nyata bagaimana kemajuan duniawi tanpa landasan iman dan moralitas dapat membawa kehancuran.

Melalui artikel ini, mari kita bersama-sama menelusuri jejak peradaban tersebut dan menggali pelajaran penting yang terkandung di dalamnya, sebagai bekal untuk membangun masa depan yang lebih baik, adil, berilmu, dan berakhlak mulia.

1. Jejak Peradaban Kaum ‘Ad

Kaum ‘Ad adalah salah satu peradaban besar yang pernah ada. Mereka tinggal di negeri yang gersang dan panas, namun mampu membangun bangunan tinggi dan kuat sebagai tanda kemajuan teknologi dan kekayaan. Namun, mereka mengingkari ajaran Nabi Hud dan berbuat sombong serta dzalim, sehingga Allah menimpakan azab berupa angin topan yang sangat dahsyat selama tujuh malam delapan hari berturut-turut, yang menghabiskan seluruh kehidupan mereka.

“Adapun kaum ‘Ad, maka mereka dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus, sehingga dijadikan-Nya seperti jerami yang dimakan (ulat).” QS. Al-Haqqah: 6-8.

Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menegaskan bahwa kekuatan dan kemajuan materi tanpa iman dan ketaatan kepada Allah akan berujung pada kehancuran. Kaum ‘Ad menjadi contoh nyata bahwa sombong dan menolak kebenaran adalah awal kehancuran suatu bangsa.

2. Jejak Peradaban Kaum Tsamud

Kaum Tsamud dikenal sebagai bangsa yang ahli dalam bidang arsitektur dan teknik. Mereka memahat rumah-rumah megah dari batu di pegunungan, sebuah prestasi yang luar biasa pada zamannya. Meskipun demikian, mereka mendustakan Nabi Shalih yang diutus untuk mengajak mereka kembali kepada Allah. Karena penolakan dan keingkaran mereka, Allah menurunkan azab berupa suara gemuruh yang dahsyat dan memusnahkan kaum Tsamud secara total.

“Dan kaum Tsamud yang memahat batu-batu besar di lembah, dan Firaun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan kokoh), mereka telah berbuat aniaya di negeri, dan membuat kerusakan yang banyak di dalamnya.” QS. Al-Fajr: 9-12.

Ibnul Qayyim dalam Madarij as-Salikin menegaskan bahwa kehebatan fisik dan teknologi yang dimiliki tidak mampu menyelamatkan mereka dari azab Allah karena kezaliman dan ingkar terhadap perintah-Nya.

3. Jejak Peradaban Mesir Firaun

Peradaban Mesir yang dipimpin Firaun adalah salah satu peradaban paling besar dan maju di dunia kuno, terkenal dengan piramida dan sistem administrasi yang kompleks. Namun, Firaun adalah contoh penguasa yang kejam dan menolak keras ajaran Nabi Musa. Ia menganggap dirinya sebagai Tuhan dan menindas Bani Israil secara kejam. Sebagai balasan atas kezalimannya, Allah menenggelamkan Firaun beserta bala tentaranya di Laut Merah.

“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu supaya kamu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. Dan sungguh banyak di antara manusia yang lalai dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.” QS. Yunus: 90-92

Al-Mawardi dalam Al-Ahkam as-Sultaniyyah mengingatkan bahwa kekuasaan yang tanpa keadilan dan kebenaran adalah racun bagi peradaban, yang akhirnya dapat membawa kehancuran.

4.Jejak Peradaban Kaum Saba’

Kaum Saba’ adalah contoh peradaban yang makmur dengan sistem irigasi dan pertanian yang maju, dikenal dengan Bendungan Ma’rib yang mengairi tanah subur mereka. Namun, mereka kufur nikmat dan berbalik menentang Allah, sehingga bendungan tersebut jebol dan menenggelamkan peradaban mereka.

“Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka: dua kebun di kanan dan kiri. Mereka makan dari rezeki Tuhan mereka, lalu mereka berlaku zhalim kepada-Nya. Kami tidak menambah mereka selain kesombongan. Maka Kami timpakan kepada mereka banjir besar.” QS. Saba’: 15-17.

Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengingatkan bahwa kekayaan dan kemakmuran tanpa rasa syukur dan ketaatan kepada Allah akan berakhir dengan kehancuran.

5. Hikmah dan Peringatan untuk Peradaban Masa Kini dan yang Akan Datang

Jejak – jejak peradaban dalam Al-Qur’an bukan sekadar dokumentasi historis, ia merupakan refleksi holistik tentang dinamika kebangkitan dan kejatuhan sebuah umat yang terjalin erat dengan hubungan mereka kepada Rabb mereka, dan sesama manusia. Al-Qur’an dengan tegas mengindikasikan bahwa peradaban yang bertumpu semata pada kekuatan materi, teknologi, dan kekuasaan politik, tanpa didukung oleh integritas spiritual dan etika sosial yang kokoh, akan mengalami kehancuran yang total dan tidak terelakkan.

Dalam era modern yang ditandai dengan percepatan teknologi, globalisasi, dan perubahan sosial yang kompleks, umat manusia justru menghadapi dilema eksistensial berupa fragmentasi nilai, krisis lingkungan, ketidakadilan struktural, serta polarisasi sosial-politik yang mendalam. Semua ini menunjukkan bahwa kemajuan materi tidak otomatis menjamin kemajuan peradaban secara substansial. Hal ini persis seperti peristiwa sejarah umat terdahulu yang diabadikan dalam Al-Qur’an, di mana kesombongan, penindasan, dan pengingkaran terhadap prinsip tauhid menyebabkan kehancuran mereka secara menyeluruh.

Oleh karena itu, pembangunan peradaban masa kini dan masa depan harus didasarkan pada integrasi nilai-nilai ilahiyah: penegakan tauhid sebagai landasan kesadaran spiritual, keadilan sosial sebagai fondasi pemerataan dan keharmonisan, serta akhlak mulia sebagai perekat hubungan sosial. Selain itu, ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan dengan etika yang kuat agar kemajuan tidak menjadi alat destruktif.

Dengan menginternalisasi nilai-nilai tersebut, umat manusia dapat membangun peradaban yang berkelanjutan, adil, dan penuh berkah, menghindari pola kehancuran yang dialami peradaban terdahulu, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam mengelola kehidupan bermasyarakat.

Kesimpulan

Jejak peradaban dalam Al-Qur’an adalah pelajaran abadi yang selalu relevan dengan segala  zaman. Kisah kaum ‘Ad, Tsamud, Firaun, dan Saba’ menjadi peringatan keras tentang akibat fatal dari kesombongan, kezhaliman, dan kekufuran. Sebaliknya, keimanan yang kokoh, keadilan yang ditegakkan, ilmu yang diamalkan, dan akhlak mulia menjadi kunci keberhasilan dan kejayaan sebuah peradaban.

Sebagai umat Islam, kita harus terus meneladani nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari agar peradaban Islam tidak hanya menjadi cerita masa lalu, tetapi terus hidup dan memberi manfaat bagi seluruh umat manusia di masa kini dan masa mendatang.

Referensi:

  •  Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an
  •  Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sultaniyyah
  • Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin
  • Ibnul Qayyim al jauziyyah, Madarij as-Salikin